PERAN PEMIMPIN
DALAM PENERAPAN MANAJEMEN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE
MANAGEMENT) YANG EFEKTIF DI ERA MODERNISASI
Oleh:
Rini Puji Lestari
Jurusan Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu
Administrasi, Universitas Brawijaya Malang
Perkembangan zaman di era globalisasi
membentuk sebuah dinamika kehidupan manusia yang modern, bergerak kuat dan
cepat memepengaruhi tatanan kehidupan
masyarakat. Perubahan ini menunjukkan bahwa manusia berada pada situasi dan
kondisi yang dinamis. Kondisi ini identik dengan era modernisasi. Era modernisasi membawa manusia pada perkembangan
berbasis ilmu pegetahuan dan teknologi. Modernisasi diartikan sebagai perubahan
masa atau pergeseran jaman dari proses taradisional menjadi mutahir berbasis
ilmu pengetahuan dan teknologi, semua itu adalah efek dari hasil proses
berfikir manusia yang dapat mempengaruhi, pengetahuan, sikap dan perilakunya
yang digerakan oleh pemimpin yang mampu menghadapi berbagai masalah yang
dihadapi (Abdulloh, 2018). Fenomena tersebut sebagai wujud hasil
perubahan yang disadari dan dilakukan individu maupun kelompok manusia guna mewujudkan pemenuhan kebutuhan
dna kepentigan hidup organisasi baik secara indivu maupun kelompok yang lebih
baik. Dalam hal ini ada seorang pemimpin yang mengendalikan, menpengaruhi,
menggerakan serta melaksanakan pekerjaan yang ditetatpkan. Sementara itu, tuntutan
globalisasi yang menyebabkan pemimpin harus memiliki keterampilan di bidang
manajemen serta berjiwa kepemimpinan. Konteks ini merujuk pada konsep kepemimpinan
dan manajemen.
Kepemimpinan dan manajemen tidak dapat
dipisahkan karena keduanya saling terkait dalam proses kinerja. Kepemimpinan
peduli dengan pencapaian tujuan yang
efektif, dan demikian juga manajemen (Northhouse, 2013:12). Kepemimpinan
sebagai proses yang serupa dengan manajemen dalam bayak hal. Kepemimpinan
mencakup pengaruh sama seperti manajemen. Namun, yang
membedakan kepemimpinan dan manajemen terletak pada fungsinya. Kotter (1961)
menyatakan bahwa fungsi manajemen dan kepemimpinan itu berbeda. Fungsi dominan
manajemen adalah untuk menyediakan keteraturan dan konsistensi untuk
organisasi, sementara fungsi utama kepemimpinan adalah menghasilkan perubahan
dan pergerakan.
Manajemen berusaha
mencapai keteraturan dan stabilitas, kepemimpinan berusaha mencapai perubahan
yang adiptif dan membangun. Secara umum menurut Robbins (1996) kepemimpinan
didefinisikan sebagai kemampuan seorang untuk mempengaruhi kelompok ke arah tercapainya
tujuan. Kepemimpinan juga mencakup proses komunikasi yang mempengaruhi perilaku
kinerja organisasi serta mengembangkan pola pikir agar bisa lebih kreatif dan
inovatif dalam membantu proses kerja agar lebih menghemat waktu dan biaya dalam
proses produksi membutuhkan keterampilan manajemen yaitu manajemen pengetahuan.
Pemimpin
dikatakan efektif jika bawahan selalu berusaha merespon segala intruksi yang
diperintahnya. Bentuk respon tersebut berupa melaksanakan tugas dan
tanggungjawab sehingga besar kompensasi yang layak dan memenuhi rasa keadilan
(Amirullah, 2000:57). Adanya pemimpin yang efektif membuat seorang pemimpin
dihormati karena bawahan akan mentaati aturan yang dibuat pemimpin dan
menerapkannya secara konsisiten berkomitmen penuh dalam pencapaian cita- cita
organisasi. Oleh karena itu, seorang pemimpin haruslah memiliki karakter
kepemimpinan. Baker & Coy (2003) mengidentifikasi tujuah karakter pemimpin
yang dianggap baik oleh para eksekutif Australia yaitu integritas, humor,
kemauan, keberanian, bertanggungjawab secara tertulis, kebijaksanaan dan
kerendahan hati. Maka penting bagi pemimpin untuk mencapai keefektifan dengan
mendayagunakan kemampuan manajerial sebagai implikasi dari manajemen pengetahuan
Kaitannya dengan
konsep kepemimpinan dan manajemen pengetahuan bahwa pemimpin memiliki peran
besar dalama manajemen pengetahuan. Pada dasarnya, pemimpin adalah figur
pertama yang mengambil inisiatif perubahan dan mengkomunikasikannya kepada para pengikut untuk mendapatkan respon yang
positif baik dalam hal perilaku maupun kinerja (Ulum, 2012:2. Pemimpin dengan
pengikutnya sangat mempengaruhi keefektifan organisasi karena pemimpin memiliki
tugas untuk memberi arahan, memotivasi dan menginspirasi pengikutnya agar
mendorong adanya perubahan ke arah visi misi yang ingin dicapai organisasi
secara efektif.
Manajemen
pengetahuan dapat dipahami sebagai suatu langkah-langkah sistematis dalam
mengelola asset intelektual atau pengetahuan dan berbagai informasi dari
individu atau personal dan organisasi untuk menciptakan keunggulan dalam
bersaing dan memaksimumkan nilai tambah serta inovasi (Praharsi, 2016).
Manjamen pengetahuan dapat dilihat dari dua sudat pandang. Pertama, Manajemen
pengetahuan secara operasional yaitu aktivitas organisasi yang berfokus pada
usaha untuk mengembangkan dan memanfaatkan pengetahuan dalam sebuahorganisasi. Kedua,
manajemen penegtahuan secara strategis yaitu langkah untuk memantapkan usaha dari
setiap perorangan dan organisasi untuk menjadi organisasi yang berbasis
pengetahuan (Tjakraatmadja dkk, 2015).
Kedua sudut
pandang tersebut memeberikan pemahaman bahwa manajemen pengetahuan menyajikan
suatu perubahan yang berfokus pada pengembangan dan penggunaan pengetahuan dan
informasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas suatu organisasi. Menurut
Teng and Hawamdeh (2002) dalam Haryanto (2018) menjelaskan bahwa manajemen
pengetahuan juga digunakan untuk memperbaiki komunikasi di antara manajemen
puncak dan di antara para pekerja untuk memperbaiki proses kerja, menanamkan
budaya berbagi pengetahuan, dan untuk mempromosikan dan mengimplementasikan
sistem penghargaan berbasis kinerja. Pada implementasinya, peran pemimpin sangat
penting dalam capaian keberhasilan penerapan manajemen pengetahuan. Oleh karena
itu, pemimpin yang kuat memiliki peranan besar dalam model kesuksesan manajemn
pengetahuan.
Implementasi Manajemen
pengetahuan menjadi hal yang dibutuhkan seorang pemimpin di era globalisasi
karena pengetahuan berkembang pesat. Kemampuan intelektual yang dimiliki seorang
pemimpin menjadi aset kebutuhan yang berharga bagi pertumbuhan organisasi.
meskipun pada kenyataannya, kebanyakn dari pemimpin tidak menguasai konsep
manajemen pengetahuan. Sebab, mereka merasa puas
dengan kemampuan yang ia miliki tanpa memeperhatikan kondisi dan kapasitas sumberdaya organisasi. Pemimpin mengambil peranan penting
dalam pengimplementasian manajemen pengetahuan karena perlu dukungan kuat oleh
anggota organisasi terutama pemimpin. Terlatak pada
bagaimana seorang pemimpin dapat memotivasi anggota organisasi untuk terlibat langsung
dalam implementasi serta menumbuhkan
komitmen nyata. Untuk itu, diperlukan cara
sistematis guna mengorganisir pengetahuan yang bervariasi dimiliki oleh
sumberdaya organisasi agar pengetahuan dapat digunakan dan diterapkan. Pada
hakikatnya, manajemen pengetahuan lebih mengarah pada pendektan efektif,
identik dnegan strategi dimana mampu memanipulasi dalam artian menangkap,
memilih, mengorganisir, dan menyebarkan pengetahuan sebagai bagian dari penentu
asset penting organisasi. Manfaat manajemen pengetahuan
yaitu meningkatakan potensi SDM, terdokumentasikannya pengetahuan, terciptakan
inovasi-inovasi, antara tacit dan explicit knowledge menjadi terintegrasi,
serta kesenjangan pengetahuan akibat variasi dan perbedaan pengetahuan dapat
diminimalisir.
Adapun penerapan manajemen
pengtahuan mencakup berbagai dimensi yang perlu untuk dilakukan perubahan yaitu
pertama, dimensi konseptual terkait dengan kemampuan organisasi mengembangkan
konstruksi yang terintegrasi untuk mendiskusikan pengetahuan yang akan
digunakan organisasi. Kedua, dimensi terkait dengan tingkat resistensi dan
stabilitas ketika menerapkan manajemen pengetahuan. Ketiga, aspek pengukuran terkait dengan penerapan manajemen pengetahuan
sesuai ketentuan. Keempat, aspek struktur organisasi terkait dengan penyusunan
peran dan tanggung jawab yang diperlukan supaya penerapan manajemen pengetahuan
efektif. Kelima, dimensi pengetahuan, yaitu pandangan mengenai pengetahuan
sebagai produk. Keenam dimensi alat, terkait dengan ketersediaan sarana
mendapatkan pengetahuan (Apridella, 2012). Dimensi ini mengaskan bahwa pemimpin
sudah seharusnya bertindak tegas dalam hal mengalokasikan sumber data yang ada
dengan kemampuan untuk membangun sistem dan menggerakkan para anggota
organisasi untuk berpatisipasi aktif, pengalokasian personil sebagai pengelola
knowledge perusahaan, pengalokasian investasi untuk membangun infrastruktur manajemne
pengetahuan serta para pimpinan organisasi menyediakan waktu untuk memonitor
secara langsung semua inisiatif-inisiatif dan pendayagunaan alokasi sumber daya
yang didedikasikan untuk manajemen pengetahuan.
Menurut John Paul Kotter (1998) pada artikelnya yang berjudul “Winning
at change” mengatakan bahwa leadership ada pada setiap level dalam
organisasi. Ada beberapa peran serta tahapan yang harus dilakukan pemimpin
dalam tahapan menjalankan dan
memeperkuat organisasi ketika perubahan terjadi dalam implementasi knowledge
management.
Pertma, pemimpin membangun perasaaan pentingnya manajemen pengetahuan pada
stakeholder. Artinya pemimpin dituntut untuk mempu mengidentifikasi akar
masalah, keperluan bisnis dan peluang yang ada dalam penerapan knowledge management.
Kedua, pemimpin membentuk koalisi yang kuat. Idealnya pemimpin sebagai
pelaku utama yang memberikan dukungan kepada anggota agar terlibat dalam
knowledge management dapat berkerja sebagai kesatuan tim.
Ketiga, pemimpin membuat Visi untuk mengarahkan perubahan yang diinginkan
dalam penerapan manajemen pengetahuan. Sebab, visi akan mengendalikan setiap
langkah dalam penerapannya. Selain itu, pemimpin juga harus menyiapkan strategi
untuk mencapai visi.
Keempat, Mengkomunikasikan visi padastakeholder yang terlibat dalam
penerapan manajemen pengetahuan. Pemimpin mengajarkan perilaku untuk dijadikan contoh
oleh orang-orang sekitarnya. Pemimpin aktif dalam mengkomunikasikan pentingnya manajemen
pengetahuan bagi organisasi pada setiap stakeholder. Agar mendorong stakeholder untuk terlibat
dalam kerjasam tim melalui berbagai pelatihan.
Kelima, Mendorong yang lain untuk bertindak sesuai dengan visi. .
Leadersip berperan terhadap level komitmen stakeholder dalam penerapan manajemen
pengetahuan. Pemimpin memberi dorongan agar stakeholder bertindak sesuai dengan
visi yang telah ditentukan. pemimpin dapat merubah sistemstruktur yang
menghalangi terjadinya perubahan, sekaligus mendorong untuk mengambil resiko
dengan melakukan hal-hal yang inovatif
Keenam, Merencanakan dan membuat target jangka pendek. Strategi untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan penuh dari pimpinan organisasi yaitu memberikan
hasil yang nyata untuk ditunjukkan kepada pimpinan. Pemimpin dituntut untuk merencanakan kinerja yang dapat
diukur, menciptakan improvement, dan menerapkan sistem reward bagi yang
terlibat dalam improvement.
Ketujuh, mengembangkan improvement. Pemimpin diperlukan dalam melakukan
improvement secara berkesinambungan dengan mengevaluasi sistem, merubah, membuat aturan baru untuk
meningkatkan kredibilitas sistem serta mengangkat, mempromosi, dan
mengembangkan karyawan yang mendukung perubahan dan berjalan sesuai visi dengan
cara memberi reward kepada anggota sebagai motivasi kerja. Selain itu diperlukan
feedback untuk mengevaluasi dan memastikan bahwa semua yang telah direncanakan
berjalan dengan baik untuk menhasikan outpun yang berkualitas.
Delapan,
memasukkan manajemen pengetahuan kedalam budaya organisasi. Pemimpin atau
srtakeholder turut menjaga kebiasaan yang dilakukan organisasi agar terjaga
dimasa mendatang, karena jika belum menjadi budaya maka kebiasaan aan hilang
dengan sendirnya dalam organisasi. Kebiasaan-kebiasaan inilah yang perlu
dimasukkan kedalam culture perusahaan dengan cara dalam Sistem Operating Procedure (SOP) maupun kebijakan organisasi.
Sehubung dengan peran pemimpin
dalam penerapan manajemen pengetahuan (knowledge
management) yang efektif di era modernisasi, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pentingnya bagi seorang pemimpin mempelajari manajemen pengetahuan. Dengan manajemen pengetahuan, pemimpin dapat
menegtahui langkah sistematis yang akan diambil dalam mengelola asset intelektual
dan berbagai macam informasi di masa yang akan datang, baik dari individu maupun kelompok
organisasi untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing dan memaksimumkan nilai
tambah serta inovasi. Tidak dapat
dipungkiri, sebuah inovasi di era globalisasi menjadi ujung tombak yang mampu memberikan
peluang bagi keberlanjutan dan keberhasilan organisasi berintegritas tinggi.
Mengingat, peran pemimpin dalam manajemen pengetahuan tidak dibatasi oleh perangkat teknologi saja, tetapi manajemen pengetahuan juga memfokuskan pada investasi pengembangan
kompetensi dan pengetahuan para pekerjanya (intangible asset). Demikian,
pemimpin yang mengmplementasikan model manajemen pengetahuan dengan baik, diharapkan dapat
meningkatkan kinerja organisasi
maupun kemapuan individu. Sebagai
generasi muda penurus bangsa dan berjiwa kepemimpinan, sudah saatnya kita
menerapka disiplin ilmu kita sesuai dengan kaidah kepemimpinan dan manajemen
agar menumbuhkan keteraturan berogranisasi.
Refrensi:
Apridella, Dwi Sari. 2012. Analisis Faktor-Faktor Kunci Kesuksesan
Penerapan Manajemen Pengetahuan untuk Tenaga Kependidikan. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Abduloh. 2018. Modernisasi Kepemimpinan Produktif
Menghadapi Komplekitas . Jurnal Pendidikan Uniska, Vol. 6, No. 1, Hal. 17-22,
Maret 2018.
Amirullah. 2015.
Kepemimpinan dan Kerja Sama Tim. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Haryanto. 2018.
Knowledge Management Di Perpustakaan Perguruan Tinggi. Pustakaloka, Vol. 10 No.
1, Juni 2018.
Northouse, Peter
G. 2013. Kepemimpinan: Teori dan Praktik. Edisi keenam. Penerjemah: Dr. Ati
Cahyani. Jakarta: Indeks Permata Puri Media.
Tjakraatmadja,
Hidajat Jann dan Donald Crestofel Lantu. 2006. Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar. Bandung:
SBM ITB
Ulum, M Chazienul. 2012. Leadership: Dinamika Teori Pendekatan dannIsu Strategis
Kepemimpinan di Sektor Publik. Malang: UB Press
Yugowati, Praharsi. 2016. Manajemen Pengetahuan dan Implementasi dalam Organisai dan
Perorangan. Jurnal
Manajemen Maranatha, Vol.16, No.1, November 2016.
